Toxic positivity merupakan kondisi dimana seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif. Memandang sesuatu secara positif memang baik, tetapi jika disertai dengan menghindari emosi negatif, justru hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental.
Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan selalu berusaha untuk menghindari emosi negatif, seperti marah, kecewa, atau sedih dari sesuatu hal yang sedang terjadi. Padahal, emosi negatif juga sangat penting untuk dirasakan.
Penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai gangguan mental, seperti stres berat, kecemasan yang berkepanjangan, gangguan tidur, depresi, dan PTSD (post-traumatic stress disorder).
Ciri-ciri Toxic Positivity
Toxic positivity muncul melalui perkataan. Orang yang memiliki pemikiran tersebut mungkin bisa sering melontarkan nasihat yang terkesan positif, tetapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif. Selain itu, ada beberapa hal yang menandakan seseorang mengalami toxic positivity, di antaranya:a. Menyembunyikan perasaan yang sedang dirasakan
b. Terkesan menghindari masalah
c. Merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan kekesalan
d. Mencoba menyemangati orang lain, tapi sering disertai dengan pernyataan yang seolah meremehkan
e. Sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri dengan orang lain
f. Mengatakan kalimat yang menyalahkan orang yang tertimpa masalah
Kalimat positif yang diucapkan mungkin dimaksudkan untuk menguatkan diri sendiri atau sebagai rasa simpati terhadap masalah yang sedang dialami oleh orang lain. Namun, bukan berarti boleh terlalu positif hingga melupakan emosi negatif. Pada dasarnya, apa pun yang dilakukan secara berlebihan tidaklah baik, begitupun dengan sikap dan pemikiran positif.
Selain dari ucapan, penggunaan media sosial pun dapat memicu toxic positivity. Secara tidak sadar, media sosial membuat orang berlomba-lomba untuk menunjukkan sisi terbaik dalam kehidupan mereka. Ketika melihat orang lain dengan kehidupan yang lebih sempurna, mungkin kita akan menjadi lebih mudah terpuruk.
Bahkan, ketika sedang merasa sangat sedih pun, sebisa mungkin untuk menyembunyikannya dari media sosial. Hal ini membuat kita menolak segala bentuk emosi negatif karena ingin selalu terlihat sempurna.
Cara Menghindari Toxic Positivity
Untuk menghindari toxic positivity dan dampak buruknya, serta tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain, Anda bisa menerapkan beberapa tips berikut:1. Rasakan dan Kelola Emosi Negatif
Emosi negatif yang sedang dirasakan bukanlah hal yang perlu dihindari. Perasaan dan emosi, baik negatif maupun positif, merupakan hal normal yang dirasakan oleh seseorang. Untuk itu, Anda boleh saja mengungkapkan perasaan agar tidak menjadi toxic positivity.Cobalah untuk bercerita tentang keluh kesah Anda kepada seseorang yang dipercaya dan bisa memahami perasaan Anda. Bila merasa tidak nyaman, Anda bisa menuliskannya di dalam buku harian.
2. Cobalah untuk Memahami, bukan Menghakimi
Perasaan negatif yang Anda atau orang lain rasakan bisa muncul karena berbagai hal, mulai dari stres akibat pekerjaan, masalah finansial atau keluarga, hingga gejala gangguan mental, seperti gangguan mood. Oleh karena itu, cobalah untuk memahami perasaan tersebut dan cari solusi untuk melepaskannya.Jika hal ini terjadi pada orang terdekat Anda, biarkan ia meluapkan emosi yang sedang dirasakannya. Setiap orang tentu tidak mau dihakimi, terutama hanya karena ia jujur dengan perasaannya sendiri. Maka sebab itu, dibandingkan memberi komentar yang terkesan menghakimi, cobalah untuk lebih berempati.
3. Hindari Membanding-bandingkan Masalah
Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Yang terlihat mudah dan sulit bagi Anda tentunya berbeda dengan orang lain. Bisa saja Anda merasakan hal tersebut mudah, padahal bagi orang lain sangat sulit, begitu juga sebaliknya.Maka dari itu, terkesan tidak adil jika Anda membandingkan masalah yang Anda alami dengan orang lain. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik Anda berusaha memahami dan menghibur diri agar kondisi dan perasaan Anda menjadi lebih baik.
4. Mengurangi Penggunaan Media Sosial
Karena media sosial dapat memicu atau bahkan memperburuk toxic positivity, lebih baik Anda mengurangi penggunaannya. Kelola juga akun media sosial Anda, hindari orang-orang yang selalu membuat postingan yang tidak bermanfaat atau memprovokasi emosi Anda.Daripada menghabiskan waktu untuk menggunakan media sosial, lebih baik ubah diri Anda agar menjadi lebih produktif, misalnya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, mengasah kemampuan, atau melakukan aktivitas lain yang bisa membuat Anda merasa bahagia.
Setelah mengetahui ciri-ciri toxic positivity, sebaiknya Anda menghindari melakukan hal tersebut. Terapkan juga cara menghindari toxic positivity seperti yang telah disebutkan di atas, agar Anda menghindari sikap ini dan tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain.